Kawasan Pegunungan Kendeng Utara di wilayah Pati tidak hanya menyimpan sumber mineral yang melimpah. Di balik itu, kekayaan hayati dan nabati yang saling berkaitan dan melindungi, juga terdapat di pegunungan tersebut.
Potensi terakhir terungkap dari hasil pendataan keanekaragaman hayati (bio diversity) yang dilakukan Yayasan Society for Health, Education, Environment, and Peace (SHEEP) Indonesia dan komunitas pecinta capung, Indonesia Dragonfly Society (IDS).
Kegiatan yang berlangsung 7-11 Desember itu, terfokus di sejumlah titik, terutama lokasi sumber air di Desa Brati, Kecamatan Kayen dan Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo. Ketua IDS Wahyu Sigit Rhd mengemukakan, dari pengamatan selama lima hari, pihaknya menemukan 30 spesies capung, 55 spesies kupu-kupu dan 45 spesies burung.
Tiga di antara 30 spesies capung itu, masuk kategori endimik Jawa (hanya ada di Jawa). Bahkan sebagian besar merupakan capung yang sangat sensitif terhadap polutan (pestisida pertanian, industri maupun limbah rumah tangga).
Adapun di antara sekian spesies kupu-kupu dan burung, juga ditemukan jenis yang merupakan satwa dilindungi. "Dari sejumlah temuan itu, dapat dikatakan bahwa kawasan mata air dan hutan di Pegunungan Kendeng Utara Pati merupakan kawasan yang memiliki kekayaan hayati dan nabati melimpah," ujarnya, kemarin. Kekayaan hayati dan nabati itu saling berkaitan dan melindungi.
Salah satu contohnya, keberadaan capung dan burung mampu bekerja sama mengendalikan hama di kawasan pertanian. "Kalau keberagaman kupukupu menunjukkan adanya keanekaragaman tumbuhan (kerapatan vegetasi), mulai dari tanaman keras, semusim hingga tanaman yang berfungsi sebagai obat," tandasnya.
Dalam pendataan tersebut, sebenarnya Yayasan SHEEPdan IDS hanya ingin melakukan pengamatan terhadap capung. Namun karena di lapangan ditemukan jenis satwa lain yang berhubungan erat dengan kondisi alam di Pegunungan Kendeng, maka sekaligus didata. Sejauh ini, peran dan manfaat capung cukup besar.
Selain sebagai penanda pergantian musim, capung juga merupakan bio indikator kondisi lingkungan. Sekaligus berperan sebagai predator (pemakan) serangga yang statusnya hama, seperti nyamuk, wereng, lalat, kepik daun, kutu daun, ngengat, kupu-kupu, dan jentik nyamuk.
"Jadi, jika kawasan Kendeng rusak, maka keanekaragaman hayatinya, seperti capung, kupu-kupu dan burung juga akan semakin berkurang. Dampaknya, keseimbangan alam akan terganggu, termasuk gangguan di sektor pertanian dan kesehatan," tandasnya.
Sumber : Suaramerdeka
Potensi terakhir terungkap dari hasil pendataan keanekaragaman hayati (bio diversity) yang dilakukan Yayasan Society for Health, Education, Environment, and Peace (SHEEP) Indonesia dan komunitas pecinta capung, Indonesia Dragonfly Society (IDS).
Kegiatan yang berlangsung 7-11 Desember itu, terfokus di sejumlah titik, terutama lokasi sumber air di Desa Brati, Kecamatan Kayen dan Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo. Ketua IDS Wahyu Sigit Rhd mengemukakan, dari pengamatan selama lima hari, pihaknya menemukan 30 spesies capung, 55 spesies kupu-kupu dan 45 spesies burung.
Tiga di antara 30 spesies capung itu, masuk kategori endimik Jawa (hanya ada di Jawa). Bahkan sebagian besar merupakan capung yang sangat sensitif terhadap polutan (pestisida pertanian, industri maupun limbah rumah tangga).
Adapun di antara sekian spesies kupu-kupu dan burung, juga ditemukan jenis yang merupakan satwa dilindungi. "Dari sejumlah temuan itu, dapat dikatakan bahwa kawasan mata air dan hutan di Pegunungan Kendeng Utara Pati merupakan kawasan yang memiliki kekayaan hayati dan nabati melimpah," ujarnya, kemarin. Kekayaan hayati dan nabati itu saling berkaitan dan melindungi.
Salah satu contohnya, keberadaan capung dan burung mampu bekerja sama mengendalikan hama di kawasan pertanian. "Kalau keberagaman kupukupu menunjukkan adanya keanekaragaman tumbuhan (kerapatan vegetasi), mulai dari tanaman keras, semusim hingga tanaman yang berfungsi sebagai obat," tandasnya.
Dalam pendataan tersebut, sebenarnya Yayasan SHEEPdan IDS hanya ingin melakukan pengamatan terhadap capung. Namun karena di lapangan ditemukan jenis satwa lain yang berhubungan erat dengan kondisi alam di Pegunungan Kendeng, maka sekaligus didata. Sejauh ini, peran dan manfaat capung cukup besar.
Selain sebagai penanda pergantian musim, capung juga merupakan bio indikator kondisi lingkungan. Sekaligus berperan sebagai predator (pemakan) serangga yang statusnya hama, seperti nyamuk, wereng, lalat, kepik daun, kutu daun, ngengat, kupu-kupu, dan jentik nyamuk.
"Jadi, jika kawasan Kendeng rusak, maka keanekaragaman hayatinya, seperti capung, kupu-kupu dan burung juga akan semakin berkurang. Dampaknya, keseimbangan alam akan terganggu, termasuk gangguan di sektor pertanian dan kesehatan," tandasnya.
Sumber : Suaramerdeka