tag:blogger.com,1999:blog-80265254523608009182024-03-05T16:39:56.626+07:00Kayen InfomediaInformasi tentang Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia, 59171Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-42612627180513631492013-12-13T08:48:00.000+07:002014-02-10T08:57:46.917+07:00Kendeng Kaya Hayati dan Nabati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://petrasawacana.files.wordpress.com/2011/05/dsc007562.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://petrasawacana.files.wordpress.com/2011/05/dsc007562.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
Kawasan Pegunungan Kendeng Utara di wilayah Pati tidak hanya menyimpan sumber mineral yang melimpah. Di balik itu, kekayaan hayati dan nabati yang saling berkaitan dan melindungi, juga terdapat di pegunungan tersebut.<br />
Potensi terakhir terungkap dari hasil pendataan keanekaragaman hayati (bio diversity) yang dilakukan Yayasan Society for Health, Education, Environment, and Peace (SHEEP) Indonesia dan komunitas pecinta capung, Indonesia Dragonfly Society (IDS).<br />
Kegiatan yang berlangsung 7-11 Desember itu, terfokus di sejumlah titik, terutama lokasi sumber air di Desa Brati, Kecamatan Kayen dan Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo. Ketua IDS Wahyu Sigit Rhd mengemukakan, dari pengamatan selama lima hari, pihaknya menemukan 30 spesies capung, 55 spesies kupu-kupu dan 45 spesies burung.<br />
Tiga di antara 30 spesies capung itu, masuk kategori endimik Jawa (hanya ada di Jawa). Bahkan sebagian besar merupakan capung yang sangat sensitif terhadap polutan (pestisida pertanian, industri maupun limbah rumah tangga).<br />
Adapun di antara sekian spesies kupu-kupu dan burung, juga ditemukan jenis yang merupakan satwa dilindungi. "Dari sejumlah temuan itu, dapat dikatakan bahwa kawasan mata air dan hutan di Pegunungan Kendeng Utara Pati merupakan kawasan yang memiliki kekayaan hayati dan nabati melimpah," ujarnya, kemarin. Kekayaan hayati dan nabati itu saling berkaitan dan melindungi.<br />
Salah satu contohnya, keberadaan capung dan burung mampu bekerja sama mengendalikan hama di kawasan pertanian. "Kalau keberagaman kupukupu menunjukkan adanya keanekaragaman tumbuhan (kerapatan vegetasi), mulai dari tanaman keras, semusim hingga tanaman yang berfungsi sebagai obat," tandasnya.<br />
Dalam pendataan tersebut, sebenarnya Yayasan SHEEPdan IDS hanya ingin melakukan pengamatan terhadap capung. Namun karena di lapangan ditemukan jenis satwa lain yang berhubungan erat dengan kondisi alam di Pegunungan Kendeng, maka sekaligus didata. Sejauh ini, peran dan manfaat capung cukup besar.<br />
Selain sebagai penanda pergantian musim, capung juga merupakan bio indikator kondisi lingkungan. Sekaligus berperan sebagai predator (pemakan) serangga yang statusnya hama, seperti nyamuk, wereng, lalat, kepik daun, kutu daun, ngengat, kupu-kupu, dan jentik nyamuk.<br />
"Jadi, jika kawasan Kendeng rusak, maka keanekaragaman hayatinya, seperti capung, kupu-kupu dan burung juga akan semakin berkurang. Dampaknya, keseimbangan alam akan terganggu, termasuk gangguan di sektor pertanian dan kesehatan," tandasnya.<br />
<br />
<i>Sumber : <a href="http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/12/12/245978/Kendeng-Kaya-Hayati-dan-Nabati-" target="_blank">Suaramerdeka</a></i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-83418664732231803112013-05-08T05:20:00.001+07:002013-05-08T05:24:04.851+07:00SEJARAH SINGKAT KI GEDE MIYONO (KI AGENG DHARMOYONO SURGI)<i>PENINGGALANNYA BERUPA BENDA-BENDA KUNO YANG DITEMUKAN DI MIYONO, DUKUH MBULLOH, DESA/ KECAMATAN KAYEN, KABUPATEN PATI</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/284419_2242267345487_8021015_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/284419_2242267345487_8021015_n.jpg" width="320" /></a></div>
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) adalah seorang pendatang, dari Tuban Jawa Timur, datang ke Miyono, pada waktu itu disebut Desa Tohyaning. Beliau merupakan cucu dari R. Ahmad Sahur Bupati Wilotikto Tuban, dan ibunya Dewi Sari (Sarifah) adik kandung Raden Sahid (Sunan Kalijaga). Ayah Ki Ageng Dharmoyono adalah bernama Empu Supo (Supo Madu Rangin), Kakeknya bernama Empu Supondriyo (Dharmokusumo) bin Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).<br />
<br />
Ki Ageng Dharmoyono sengaja pergi mengembara misi dakwah meninggalkan indahnya kehidupan dalam keraton dan meninggalkan pangkat, jabatan di pemerintahan Tuban, masuk kedunia sufi/Tasawuf.<br />
<br />
Sebelum kedatangan Ki Ageng Dharmoyono, Tohyaning merupakan sebuah tempat yang diyakini masyarakat setempat menjadi pusat penyebaran agama Hindu, sekaligus pusat Pemerintahan sebuah kerajaan yang ada hubungannya dengan cerita rakyat Babad Tanah Jawa. Hal ini di buktikan dengan adanya temuan-temuan yang masih disimpan pengurus, diantaranya : <br />
<br />
Beberapa Gares yang mirip lencana prajurit yang bertanda huruf C III, beberapa Arca, 1 Arca dari batu putih yang berbentuk seperti Dewi Durga, yang oleh Prambanan merupakan pujaan orang Hindu dibuat sekitar abad 8 – 13 Masehi, juga ditemukan bekas bangunan yang sekarang masih dibawah tanah, yang tersusun dari bata merah berukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, tebal 10 cm yang disusun rapi tanpa perekat (hanya pakai tanah liat).<br />
<br />
Juga ditemukan peralatan makan dan minum, juga timbangan Emas, yang semuannya terbuat dari logam towo dan keramik bergambar warna biru.<br />
<br />
Ki Ageng Dharmoyono datang di Desa Tohyaning (Telaga air jernih) atau Miyono sekitar abad ke 14 Masehi. Beliau datang ke Desa Miyono dengan tujuan dakwah menyebarkan Agama Islam dengan cara kejawen (Tatanan orang Jawa). Dan atas pertolongan Allah SWT. Disertai usaha yang gigih, Ki Ageng Dharmoyono berhasil merubah agama penduduk Miyono yang semula Hindu menjadi Islam, lama-kelamaan nama Miyono berubah menjadi Ki Anut (penduduk Miyono anut). Ki Ageng Dharmoyono terkenal dengan sesebutan Mbah Anut (sesepuh yang di anut/di ikuti). Beliau juga terkenal Ki Miyono/Ki Yono (Kyai Sakti yang mukim di Miyono). <br />
<br />
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) ini merupakan seorang Waliyulloh yang punya kelebihan ilmu dan kepandaian, pendiam, kaya dan dermawan, dalam hal ini menurut pendapat Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan, beliau memberi amanat kepada kami (Pengurus Makam, Tokoh Masyarakat & Tokoh Agama Desa Kayen) untuk mendirikan Masjid bernama “MASJID PEPUNDEN MIYONO” di sekitar lokasi Makam Ki Ageng Dharmoyono. Temu Silaturrahim pada hari Rabu Kliwon, 12 Mei 2010 / 26 Jumadilawal 1431 H.<br />
<br />
Dalam perjuangan menyebarkan Agama Islam di Miyono Desa/ Kecamatan Kayen Pati Selatan dan sekitarnya , Ki Ageng Dharmoyono bersama 3 saudara/adiknya : <br />
<br />
1. Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing (Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing / Empu Breganjing Cengkalsewu)<br />
<br />
Merupakan cikal bakal Desa Cengkalsewu (Empu Dharmoyoso mendapatkan hadiah tanah seribu jengkal dari Kerajaan Mataram yang akhirnya terkenal dengan sebutan Desa Cengkalsewu). Makam Ki Ageng Dharmoyoso berada di Dukuh Dermoyo Desa Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo Kab. Pati sekitar 5 Km dari Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi ke arah barat. Adapun Makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing mulai pugar pada Tahun 1924 oleh Datuk Kusumo / H. Abdul syukur yang menjabat Petinggi (Kepala Desa) Sumbersari Kayen selama 45 tahun pada masa penjajahan Belanda sampai Indonesia Merdeka. Makam ini sering dikunjungi oleh Almaghfurlah Mbah Ahmad Shobib, salah seorang tokoh Ulama Sepuh dari Jepara 1987 – 1995. Adapun Makam Mbah Hyang Dharmoyoso hingga sekarang masih banyak dikunjungi para peziarah baik para Habaib, Ulama, Kyai, Santri, Para Pejabat dan Masyarakat umum dari wilayah Kab Pati, Kudus, Jepara, Grobogan bahkan sampai ada yg datang dari Pulau Kalimantan, Sumatra, dll.<br />
<br />
Juru Kunci Makam Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing yang pertama adalah : <br />
<ul>
<li>Mbah Raminah istri Mbah Sariban (H. Abdul Khodir) Tahun 1924 – 1964 M, dilanjutkan,</li>
<li>Putrannya sebagai juru kunci kedua yaitu H. Thohari Amin Thohir tahun 1964-1992M.(dimasa hidupnya adalah PNS di Lingkungan DEPAG sebagai Ketib/Penghulu KUA &juga pernah menjabat sebagai Kepala Desa Cengkalsewu). </li>
<li>Dilanjutkan Istrinya Juru Kunci ketiga Bu Sri Thohari dan setelah tua terkenal dengan panggilan Mbahji Maysaroh ( Hj. Sutinah Sri Suyatmi AT). Tahun 1992 sampai sekarang tahun 2011.</li>
</ul>
Adapun sekitar makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing / Empu Breganjing Cengkalsewu masih banyak diketemukan tai besi (bekas pande besi). <br />
Sedangkan Haul Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing diperingati setiap tanggal 15 – 16 Bakdomulud/Rabiulakhir Tahun Hijriah. Demikian sekilas sejarah Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing.<br />
<br />
2. Nyai Sombro (Nyai Branjung), dan <br />
<br />
3. Joko Suro (Empu Suro). Makamnya di Kadilangu Demak berdekatan dengan ayahnya Empu Supo yaitu sebelah kanan sebelum masuk Gapuro Makam R. Sahid Kanjeng Sunan Kalijaga. <br />
<br />
Ketiga adik kandung Ki Ageng Dharmoyono Surgi yakni : Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing, Nyai Sumbro, Joko Suro (Empu Suro) ketiganya merupakan ahli dalam pembuatan pusaka/Gaman mereka benar-benar mewarisi keahlian pembuatan keris (pusaka) dari Ayahnya Empu Supo dan juga kakeknya Empu Supo Mbungkul. Membuat pusaka/keris dengan cara dipijit-pijit dengan jari dan dijilati dengan lidah. <br />
<br />
Peninggalan dan Jasa-jasa beliau adalah : <br />
<ol>
<li>Menyebarkan Tauhid Ketuhanan, menyebarkan aqidah Islam tanpa meninggalkan ajaran kejawen sebagai penghormatan antara lain tingkep, Sedekah Orang Meninggal, Bakar kemenyan dsb.</li>
<li>Wejangan Ki Ageng Dharmoyono Surgi Miyono yang sangat terkenal yaitu “Keluar masuknya nafas ingat Allah” yang orang jawa dulu menyebut MBULLOH yang artinya “Mlebu Metune Nafas Eling Allah” sampai sekarang dijadikan nama pedukuhan yakni Dukuh Mbulloh.</li>
<li>Bersama dengan adik-adiknya membuat pusaka/gaman yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar yaitu sabit suro, paku suro, lanjam suro, dll.</li>
<li>Beliau mennuah (menjadikan pusaka-pusaka) mempunyai kekuatan ghaib, yang diyakini warga bisa untuk sarana menolak hama, keselamatan dan sebagai piandel/kesaktian dll.</li>
<li>Dari berbagai sumber, Ki Ageng Dharmoyono Surgi/Ki Gede Miyono adalah paman Saridin yang mengasuh/momong Saridin semasa kecil hingga dewasa disebut Syeh Jangkung yang terkenal kesaktiannya dengan Lulang Kebo Landoh. Makamnya ada di Dukuh Landoh Desa Kayen 2 km arah barat dari Makam Jati Kembar sebutan Makam Mbah Hyang Dharmoyono Surgi Miyono. Saridin/Syeh Jangkung anaknya Sunan Muria (R. Umar Said) Cucunya Sunan Kalijaga (R.Sahid). Sedangkan Raden Sahid adalah saudaranya Dewi Sari (Sarifah) ibunya Ki Ageng Dharmoyono, Empu Breganjing, Empu Sumbro dan Empu Suro. Sebagaimana Silsilah terlampir.</li>
<li>Terbukti banyak gupaan kerbau dan tempat pengembalaan kerbau di sekitar Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi (Makam Jati Kembar).</li>
</ol>
<br />
Makam Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono)mulai diperingati/Haul Tahun 1970 oleh : Mbah Hasan dan Bapak suwadi atas perintah Mbah Zaid Terban Kudus. Juru kunci Makam Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) yang pertama Mbah Sulaiman (Modin) wafat Tahun 1943, diteruskan Mbah Suprawiro Japan wafat Tahun 1976, dilanjutkan Mbah Sukardi dibantu Mbah Samat sampai sekarang.<br />
<br />
Adapun Pengurus Makam Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono)Mbulloh Kayen Kabupaten Pati Yakni : Bp. Subono Kepala Desa sebagai Pelindung, Penasehat : Bp. Suwadi & Bp. K. Ali Ahmadi, Juru Kunci : Mbah Sukardi dibantu Mbah Samat, Ketua : Bp. Nur Rohmat & Bp. Darlan, Sekretaris : Bp. Ahmad Rodli & Bp. Supriyono, Bendahara : Bp. Bayan Yoto dan Bp. Ridwan dan Seksi Pembangunan : Bp. Kenang & Bp. Sukardi, Seksi Usaha : Semua Ketua RT dan RW Dukuh Mbulloh Desa Kayen. <br />
<br />
Sebagai pelurusan sejarah dalam cerita seni budaya ketoprak Syeh Jangkung (Saridin) diasuh Ki Ageng Kiringan itu kurang benar. Sebab Ki Ageng Kiringan itu hidup pada masa Pakubuwono II + 1700, padahal Syeh Jangkung (Saridin) wafat tahun 1563 tepatnya tanggal 15 Rajab.<br />
<br />
Demikian yang dapat penulis uraikan terkait sejarah Ki Gede Miyono (Ki Ageng Dharmoyono Surgi) dan Saudara-saudaranya, kebenarannya penulis serahkan pada Allah SWT. Yang Maha Tahu. <br />
<br />
Nara sumber : <br />
<ol>
<li>Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan;</li>
<li>R. KH. Ridwan Aziz Al Hafidz (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Muqoddas & Penasehat Kraton Surakarta) dari Mbanger, Mojomulyo, Tambakromo Pati berdasarkan Kitab Syamsuddhahiroh Sayid Abdur Rohman;</li>
<li>KH. Nur Rohmat (Pengasuh Pondok Pesantren Al Isti’anah & Penasehat Pengurus Makam Mbah Syeh Jangkung Landoh Kayen) dari Plangitan Pati;</li>
<li>Penelitian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3 ) Jawa Tengah di Prambanan 26 Agustus 2010 oleh Bp. Bagus Sujianto,SS;</li>
<li>Babat Landoh jilid II;</li>
<li>Cerita Rakyat turun-temurun;</li>
<li>Peta Lama Desa Kayen (gambar Repetisi/letak tanah)</li>
<li>Penelitian dari TIM Balai Arkeologi Yogyakarta (Rabu, 04 Mei 2011 : Kepala Bpk. Drs. Siswanto, Dra.TM. Rita Istari, Hery Priswanto,SS, Agni Sesaria,M.SS, Ferry Bagus).</li>
</ol>
<br />
<br />
<i>Penulis : Nor Rohmani Anshori</i><br />
<i>(PNS PD Pontren pada Kantor Kementerian Agama Kab. Pati, Pengurus
Hondodento Yogyakarta Cabang Pati, Pengurus Benda Cagar Budaya “MAKAM
PRAGOLA PATI” Sani, Tamansari Tlogowungu Pati, & Pengurus Makam Ki
Ageng Dharmoyoso Breganjing / Empu Breganjing Dk. Dermoyo Cengkalsewu
Sukolilo Pati)</i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-51758337501721731132012-10-15T10:15:00.000+07:002012-10-15T11:27:21.442+07:00Pegunungan Kendeng Utara, Kawasan Karst Kabupaten Pati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://petrasawacana.files.wordpress.com/2011/05/dsc007562.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://petrasawacana.files.wordpress.com/2011/05/dsc007562.jpg" width="400" /></a></div>
Bagian selatan Kabupaten Pati memapar sebuah pegunungan, secara fisiografi pegunungan tersebut masuk ke dalam jajaran Antiklinorium Rembang – Madura (Bammelen, 1949) masyarakat lebih mengenal sebagai Pegunungan Kendeng Utara. Pegunungan Kendeng Utara tersebut merupakan hamparan perbukitan batukapur yang telah mengalami proses-proses alamiah dalam batasan ruang dan waktu geologi. Produk dari dinamika bumi yang berlangsung dari masa lalu hingga saat ini telah menghasilkan suatu fenomena alam yang unik. Kita mengenalnya dengan istilah Bentang Alam Karst. Fenomena bentang alam Karst Kendeng Utara tercermin melalui banyaknya bukit-bukit kapur kerucut, munculnya mataair-mataair pada rekahan batuan, mengalirnya sungai-sungai bawah tanah dengan lorong gua sebagai koridornya.<br />
<br />
Munculnya gerakan penolakan masyarakat secara besar-besaran terhadapa rencana investasi semen di kawasan Karst Kendeng Utara sudah terjadi sejak tahun 2008 pada saat PT Semen Gresik ingin melakukan investasi untuk mendirikan Pabrik Semen dan penambangan kawasan karst di Kecamatan Sukolilo yang akhirnya gagal terealisasi. Penolakan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pendirian pabrik semen dan penambangan pabrik semen disebabkan karan masyarakat meyakini dampak besar yang akan terjadi di masa yang akan datang adalah :<br />
<ol>
<li>Kerusakan lingkungan kawasan karst; </li>
<li>Hilangnya sumber-sumber air dan sungai-sungai bawah permukaan yang ada di kawasan Karst Kendeng Utara sehingga mempengaruhi suplay air untuk penghidupan dan pertanian masyarakat; </li>
<li>Potensi banjir yang sudah ada akan menjadi lebih besar dan lebih lama karna hilangnya fungsi penyerap air yang memicu meningkatnya aliran permukaan pada saat musim hujan; </li>
<li>Hilangnya fungsi ekologis sebagai pengontrol keanekaragaman hayati di kawasan karst Kendeng Utara;</li>
<li>Perubahan bentuk lahan yang sangat cepat;</li>
<li>Dampak kesehatan masyarakat yang berada di sekitar pabrik dan kawasan penambangan; </li>
<li>Hilangnya sumber mata pencarian masyarakat petani karena perubahan lahan pertanian menjadi lahan pertambangan.</li>
</ol>
Hal-hal yang perlu diketahui tentang Pegunungan Kendeng Utara :<br />
<ol>
<li>Berdasarkan penelitian Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta yang dilakukan di Kawasan Pegunungan Kendeng pada tahun 1994, 2006 dan 2008 meliputi Kabupaten Pati, Grobogan telah ditemukan 156 sumber air yang berada di semua level ketinggian 5 – 450 mdpl dan 71 goa yang sebagian besar adalah gua berair. Berdasarkan penelitian ini dinyatakan bahwa kawasan karst Kendeng Utara adalah Kawasan Karst Aktif yang masih mengalami proses karstifikasi dan memiliki sistem hidrologi yang berfungsi sebagai pengontrol ekologi di kawasan Karst Kendeng Utara;</li>
<li>Kawasan perbukitan batu gamping di pegunungan Kendeng Utara merupakan kawasan karst yang harus di lindungi karena merupakan perbukitan yang berfungsi sebagai “Tandon Air” dari mata air-mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar air baku dan pengairan lahan pertanian masyarakat;</li>
<li>Mata air dan sistem sungai bawah tanah di Kawasan Karst Kendeng Utara bersifat perennial (mengalir sepanjang musim);</li>
<li>Pola aliran (sistem hidrologi) yang berkembang adalah pola pengaliran paralel yang dikontrol oleh struktur geologi yang ada di kawasan tersebut. Penjajaran mata air karst pada bagian Utara dan Selatan perbukitan karst Kendeng Utara, muncul pada ketinggian kisaran 5 -350 mdpl radius 1 – 2 km dari perbukitan karst Kendeng Utara;</li>
<li>Fungsi hidrologi di kawasan ini merupakan pengontrol utama sistem ekologi yang meliputi hubungan antara-komponen-komponen abiotik (tanah, batuan, sungai, air, dll), biotik (biota-biota gua serta flora dan fauna yang ada di kawasan karst), dan budaya (lingkungan sosial, masyarakat, kebudayaan, dan adat istiadat) yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya membentuk suatu ekosistem dimana karst sebagai kontrol utamanya;</li>
<li>Perbukitan Kawasan Karst Kendeng Utara berfungsi sebagai daerah resapan dan penyimpan air untuk mata air–mata air yang mengalir di permukiman, baik di bagian Utara maupun bagian Selatan Kawasan ini. Komplek perguaan kawasan Karst Kendeng Utara memiliki potensi sumber daya air untuk kebutuhan dasar lebih dari 8.000 rumah tangga serta lebih dari 4.000 ha lahan pertaniaan sebagai sumber penghidupan mereka. Pola permukiman di kawasan tersebut semuanya mendekati pemunculan mata air-mata air, terutama pada bagian-bagian atas;</li>
<li>Kawasan Karst Kendeng Utara merupakan pengontrol fungsi sistem hidrogeologis pegunungan Kendeng Utara;</li>
<li>Kawasan Karst Kendeng Utara merupakan peninggalan cagar geologi yang berfungsi sebagai laboratorium alam. Bukti tersebut dikuatkan dengan banyaknya gua-gua yang berkembang baik. Gua-gua tersebut sebagian besar merupakan sungai bawah tanah aktif;</li>
<li>Terdapat biota-biota yang hidup dikawasan karst Kendeng Utara, permukaan maupun bawah permukaan yang berfungsi sebagai pengontrol keseimbangan ekosistem kawasan Karst Sukolilo dan sekitar, seperti kelelawar penghuni gua sebagai pengontrol hama, penyebar benih tanaman dan membantu penyerbukan. Terdapat juga biota yang masuk kategori satwa dilindungi, seperti Burung Merak;</li>
<li>Rencana penambangan batu gamping di Kawasan karst Kendeng Utara Kecamatan Kayen dan Tambakromo dipastikan akan melanggar hukum dan perundangan yang berlaku di Indonesia;</li>
<li>Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Sumber Data Mineral Nomer 398 K/40/MEM/2005, menetapkan <i>“Kecamatan Kayen, Kecamatan Tambakromo di Kabupaten Pati, Kecamatan Brati, Kecamatan Grobogan, Kecamatan Tawangharjo, Kecamatan Wirosari dan Kecamatan Ngaringan di Kabupaten Grobogan, Kecamatan Todanan di Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah, sebagai Kawasan Karst Sukolilo”</i>;</li>
<li>Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah menyatakan bahwa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan karst adalah termasuk dalam kawasan lindung geologi sesuai dengan pasal 60 ayat 2 point c sebagai kawasan bentang alam goa dan point f sebagai kawasan bentang alam karst dikategorikan sebagai kawasan lindung geologi.</li>
</ol>
<br />
<i>Referensi : <a href="http://petrasawacana.wordpress.com/2011/05/31/persepsi-masyarakat-terhadap-penolakan-rencana-pendirian-pabrik-semen-pt-indocement-di-kawasan-karst-kendeng-utara-kecamatan-kayen-dan-tambakromo-kabupaten-pati-jawa-tengah/" target="_blank">petrasawacana</a></i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-38570685948832129422012-10-15T09:30:00.001+07:002012-10-15T09:30:44.165+07:00Selayang Pandang 3 (Gua Pancur)<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://cache.virtualtourist.com/4/4149342-Helen_with_mr_Sahuri_starting_the_walk_Pati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="478" src="http://cache.virtualtourist.com/4/4149342-Helen_with_mr_Sahuri_starting_the_walk_Pati.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bagian Dalam Gua Pancur, Dekat Dengan Pintu Masuk</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://cache.virtualtourist.com/4/4149343-A_tributary_to_the_underground_river_Pati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="478" src="http://cache.virtualtourist.com/4/4149343-A_tributary_to_the_underground_river_Pati.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber Air Dari Celah Gua</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://cache.virtualtourist.com/4/4149344-Bats_on_the_ceiling_Pati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="478" src="http://cache.virtualtourist.com/4/4149344-Bats_on_the_ceiling_Pati.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kelelawar di Atap Gua</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://cache.virtualtourist.com/4/4149345-An_easy_stretch_Pati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="478" src="http://cache.virtualtourist.com/4/4149345-An_easy_stretch_Pati.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menuju Dalam Gua</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://cache.virtualtourist.com/4/4149346-Another_bat_lucky_shot_Pati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="478" src="http://cache.virtualtourist.com/4/4149346-Another_bat_lucky_shot_Pati.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bentuk Lorong Gua</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimRSsD5u4Ta0d27qW-ywUYTXNU48MllkZp5cAP9_aiNtF5z7J9KtUOkHtBAQ20rzoNvkDgu8Yo7IX7F5wseGLokeVwhxRW9nx5CudC6NOGQKIyrTnKiBfrKNpTyl19Oe1Zeo1a8sOtLnE/s400/IMG_2408.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimRSsD5u4Ta0d27qW-ywUYTXNU48MllkZp5cAP9_aiNtF5z7J9KtUOkHtBAQ20rzoNvkDgu8Yo7IX7F5wseGLokeVwhxRW9nx5CudC6NOGQKIyrTnKiBfrKNpTyl19Oe1Zeo1a8sOtLnE/s640/IMG_2408.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Aliran Air Dari Dalam Gua</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<i>Sumber : <a href="http://members.virtualtourist.com/m/p/m/1d049d/" target="_blank">Sumber 1</a>, <a href="http://smpnegeri1kayen.blogspot.com/2010/04/jurug-tadah-udan-sukolilo-pati.html" target="_blank">Sumber 2</a></i></div>
Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-63533907888969023212012-10-15T09:04:00.000+07:002012-10-15T09:35:38.625+07:00Sumber Ndodo<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRaWPbfvdcMz0aiaU7563dxt9AjTRaCzg8tp7J6_my3DRq3VnY1HJzYdlZMEczvLQbV1mGM8rJMa36QNE42i9ofUdGZXE_ce8V2cAlg7QAVSmqafAD6g_2MdNb7hRARg9Y7kuLEJRyffk/s1600/sumber.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRaWPbfvdcMz0aiaU7563dxt9AjTRaCzg8tp7J6_my3DRq3VnY1HJzYdlZMEczvLQbV1mGM8rJMa36QNE42i9ofUdGZXE_ce8V2cAlg7QAVSmqafAD6g_2MdNb7hRARg9Y7kuLEJRyffk/s400/sumber.jpg" width="300" /></a></div>
Sumber Ndodo merupakan sebuah sumber mata air yang berada di kaki Pegunungan Kendeng Utara desa Jimbaran, kecamatan Kayen, Pati. Lokasinya tidak jauh dari obyek wisata Gua Pancur.<br />
<br />
Sumber mata air ini berasal dari akar pohon Nyamplung (Calophyllum sp.) yang berdiri kokoh, tegak, dan menjulang tinggi. Di sekitarnya memang banyak pohon-pohon tua yang lain, namun dialah yang paling besar. Usianya mungkin telah ratusan tahun. Besar dan tingginya pohon membuat dia selalu lebih jelas terlihat dari kejauhan.<br />
<br />
Dengan mata air yang mengalir di bawahnya dan sebuah punden seorang tokoh Kadipaten Pati di dekatnya, pohon ini menjadi pohon yang spesial dan dianggap sakral oleh masyarakat sekitar. Di bawah batang besar pohon ini mengalir sebuah mata air yang tak pernah kering. Mengalir sepanjang tahun meski debit airnya tak terlalu besar. Bahkan ketika kemarau panjang, ketika sumur-sumur warga kering, warga dari lain kecamatan pun ikut berduyun-duyun mendatangi mata air ini untuk mengambil air yang digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Hingga kini, Sumber Ndodo di bawah Pohon Nyamplung tetap tak pernah sepi dari warga yang hendak mencuci, mengambil air minum, atau sekedar mandi setiap hari. Tentu saja juga tak pernah sepi dari warga yang ingin tirakat dan nenepi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://cache.virtualtourist.com/4/4149481-Sacred_Bathing_Place_Sumber_ndodo_Pati.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="298" src="http://cache.virtualtourist.com/4/4149481-Sacred_Bathing_Place_Sumber_ndodo_Pati.jpg" width="400" /></a></div>
Sumber Ndodo dan Pohon Nyamplung di atasnya tak dapat dipisahkan, mereka adalah satu kesatuan yang menjadi sumber kehidupan bagi warga di sekitarnya, nafas bagi ribuan petak sawah di bawahnya. Entah apa jadinya apabila pohon penuh jasa ini ditebang atau tumbang. Mungkin yang tersisa hanya kekeringan, dan penderitaan yang mendalam.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i>Referensi : <a href="http://green.web.id/albums/photo/view/album_id/176/photo_id/465" target="_blank">greenweb</a>, <a href="http://members.virtualtourist.com/m/p/m/1d04e9/" target="_blank">virtualtourist</a></i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-68531196825108846432012-10-14T21:43:00.001+07:002012-10-14T22:08:10.452+07:00Selayang Pandang 2 (Candi Miyono)<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/295937_2368474980599_356161460_n.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lokasi Penemuan Candi, Samping Musholla</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/284496_2242352507616_8138702_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/284496_2242352507616_8138702_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Stuktur Asli Batu Bata Tampak di Permukaan Tanah</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/311533_2368511621515_1993130834_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/311533_2368511621515_1993130834_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Proses Penggalian</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/292723_2368525781869_1257997659_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="425" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/292723_2368525781869_1257997659_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Candi Utama, Sebagian Tertimbun Pondasi Musholla</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/306424_2368528381934_64299976_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/306424_2368528381934_64299976_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Candi Perwara 1</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/302306_2368530181979_2045198241_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/302306_2368530181979_2045198241_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Candi Perwara 1</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/300455_2368533302057_459994162_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/300455_2368533302057_459994162_n.jpg" width="426" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tertimbun Pondasi Musholla</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/309526_2368535142103_1143685601_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/309526_2368535142103_1143685601_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Struktur Candi Utama</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/304780_2368536342133_71517638_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/304780_2368536342133_71517638_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Struktur Candi Utama</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/297643_2368538142178_259332786_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/297643_2368538142178_259332786_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Temuan Gerabah dari Barat Candi Utama</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/306861_2368541262256_279582756_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/306861_2368541262256_279582756_n.jpg" width="426" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Struktur Tangga, Sebelah Barat Candi Perwara</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZCXTONEZVtCT9tr83pNQ_wJqf4QL8WeyFils4ixlLvYz21KE6Un-eVnwIYBXekyzwUAtC7CifRQuyllH28pwQDbLrgriq8Rvp1faoFI_goeBs1-12-KcRqCS5FbUA40zdPWI9WLTm79K_/s1600/IMG_0695.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZCXTONEZVtCT9tr83pNQ_wJqf4QL8WeyFils4ixlLvYz21KE6Un-eVnwIYBXekyzwUAtC7CifRQuyllH28pwQDbLrgriq8Rvp1faoFI_goeBs1-12-KcRqCS5FbUA40zdPWI9WLTm79K_/s640/IMG_0695.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Batu Bata Kaki Candi</i></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigJk4I1-wa4EhB8RRZI15IMwUMM7DqfTPRxAxXL4kcc03-rxA3jT78CeoTzQ32gDpIKWKLw6UOLDGF9eKNB-eqbTvGgUukRfts8_hKMxQR8hyphenhyphen_7kgp6j8cPbYAM9vMUNg1ZwEr7jkJevTv/s1600/IMG_0697.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigJk4I1-wa4EhB8RRZI15IMwUMM7DqfTPRxAxXL4kcc03-rxA3jT78CeoTzQ32gDpIKWKLw6UOLDGF9eKNB-eqbTvGgUukRfts8_hKMxQR8hyphenhyphen_7kgp6j8cPbYAM9vMUNg1ZwEr7jkJevTv/s640/IMG_0697.JPG" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Artefak yang Ditemukan</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjofJDOI9EZzcCy1Ih7K413OJ26YZTjtn6T6zSux2jdafn1rJiLofaVj07Yq7ZwwVZNP5BBhS1XX5DwghlqiBuwxk3GNrHuRKDq9u_cxIkLJIIGhw6niX1uHIF8W7Of5o2rip-khCdKi3MX/s1600/IMG_0699.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjofJDOI9EZzcCy1Ih7K413OJ26YZTjtn6T6zSux2jdafn1rJiLofaVj07Yq7ZwwVZNP5BBhS1XX5DwghlqiBuwxk3GNrHuRKDq9u_cxIkLJIIGhw6niX1uHIF8W7Of5o2rip-khCdKi3MX/s640/IMG_0699.JPG" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Arca</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikNWmcZ82kdI_zEaLQBHJbXQWeq0nU44W19g6eI9slRCi-V5kqMSNXtIQV6Nr4SfPQrRQ8dbohYiX43D5ljeA8w-FjE8BcU5Q61t4xc0t-7T1AZ2u3qlzH4KZ0Jjy_edGsDyxZVIy2N8VW/s1600/IMG_0701.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikNWmcZ82kdI_zEaLQBHJbXQWeq0nU44W19g6eI9slRCi-V5kqMSNXtIQV6Nr4SfPQrRQ8dbohYiX43D5ljeA8w-FjE8BcU5Q61t4xc0t-7T1AZ2u3qlzH4KZ0Jjy_edGsDyxZVIy2N8VW/s640/IMG_0701.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Struktur Batu Bata</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaF9tUXIcrjqUtwDqI1tjBrhi1qCqLcNQae3bplYJ0EmGVeIi4_U5WJ4vS5uLsgg7Ud6Ty-rsJcnxkve_qnwTJ2hIPfdQxjNCIMljvVh05DLfaONEX8tuOUmYO7bPX-Yyeoz4iAi8h3sbc/s1600/IMG_0702.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaF9tUXIcrjqUtwDqI1tjBrhi1qCqLcNQae3bplYJ0EmGVeIi4_U5WJ4vS5uLsgg7Ud6Ty-rsJcnxkve_qnwTJ2hIPfdQxjNCIMljvVh05DLfaONEX8tuOUmYO7bPX-Yyeoz4iAi8h3sbc/s640/IMG_0702.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Area Makam Ki Ageng Gede Miyono</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghgCMAlgOJJqepyC4_3r709fPKc1gimceTDC9LZaRXmbDLGSp6LouApH9oSPkG6Rz5SpUmcenueYgiHDw-aq8Uy2dx7hHUjZg8LNf7wTpoNSW2WgkNo_tmMrdooBQWIQHzyT99r5mbShYD/s1600/IMG_0705.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghgCMAlgOJJqepyC4_3r709fPKc1gimceTDC9LZaRXmbDLGSp6LouApH9oSPkG6Rz5SpUmcenueYgiHDw-aq8Uy2dx7hHUjZg8LNf7wTpoNSW2WgkNo_tmMrdooBQWIQHzyT99r5mbShYD/s640/IMG_0705.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">2 Pohon Jati di Area Makam</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/284419_2242267345487_8021015_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/284419_2242267345487_8021015_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Area Makam</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/185438_2242271825599_247549_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/185438_2242271825599_247549_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Struktur Lantai Makam yang Dibangun Menggunakan Batu Bata Candi</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/226126_2242273705646_899320_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/226126_2242273705646_899320_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sisa Artefak Kemuncak Candi</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/205849_2242279265785_4611763_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/205849_2242279265785_4611763_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Musholla Di Area Candi</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/215044_2242285065930_6743896_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/215044_2242285065930_6743896_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ukuran Batu Bata Candi Sekitar 40x30 cm</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/281724_2242287425989_3635946_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/281724_2242287425989_3635946_n.jpg" width="426" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tes Pit Sebelah Barat Musholla</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/282459_2242289426039_422145_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/282459_2242289426039_422145_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tes Pit Sebelah Timur Musholla</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/285049_2242293626144_2247654_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/285049_2242293626144_2247654_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beberapa Bata yang Diangkat ke Permukaan, Dikumpulkan di Sebelah Selatan Musholla</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/198704_2242295426189_6938448_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/198704_2242295426189_6938448_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ukuran Batu Bata yang Besar</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/284811_2242306346462_2857434_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/284811_2242306346462_2857434_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mata
Uang "Yatra Kenthang", Masih Dipergunakan Pada Masa Pra Pendudukan Jepang Sebagai Mata Uang. Sering Ditemukan di Sekitar Kampung</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<i>Sumber : <a href="http://parungsariproject.blogspot.com/2012/08/kembali-menyambangi-candi-miyono-17.html" target="_blank">Sumber 1</a>, <a href="http://patinews.blogspot.com/2012/03/candi-yang-aneh.html" target="_blank">Sumber 2</a>, <a href="http://parungsariproject.blogspot.com/2012/08/ndolani-ki-ageng-darmoyono-ing-candi.html" target="_blank">Sumber 3</a></i></div>
Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-8577051383417369342012-10-14T20:53:00.001+07:002012-10-14T20:53:20.925+07:00Candi Kayen Sumbang Teknologi Arsitektur Bata<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAHmepWi9XXAVhUt4vCBs_SRX3r3RKl5vnkJq6YFeycSXrLdpILFT1lu-HqgCRGxsDVloympAYmDBGjOJoLc5RufhP9azg6w2jU7bRqn-57mDRCqnGt_m7B2Ssy7d_ZtryGuHsXNK22fU/s640/2053112620X310.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAHmepWi9XXAVhUt4vCBs_SRX3r3RKl5vnkJq6YFeycSXrLdpILFT1lu-HqgCRGxsDVloympAYmDBGjOJoLc5RufhP9azg6w2jU7bRqn-57mDRCqnGt_m7B2Ssy7d_ZtryGuHsXNK22fU/s400/2053112620X310.jpg" width="400" /></a></div>
Temuan kaki candi Hindu abad IX dan X di Dukuh Buloh, Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyumbang ilmu arsitektur tentang bangunan bata kuno. Temuan itu sekaligus menambah referensi tentang sejarah penyebaran agama Hindu kuno di kawasan pesisir pantai utara.<br /><br />Ketua Tim Penelitian Candi Kayen Balai Arkeologi Yogyakarta TM Rita Istari menyatakan hal itu di Pati, Jumat (20/7/2012). Bersama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, tim meneliti dan mengekskavasi temuan itu pada 14-22 Juli. Sebagian kaki candi itu ditemukan pada 1979 oleh penduduk setempat. Baru pada 2011, Balai Arkeologi Yogyakarta mulai meneliti dan mengeksvakasi. Di lokasi itu pula ditemukan arca Siwa Mahakala dari batu putih, kemuncak candi, darpana atau bingkai cermin dari perunggu, dan antefiks atau hiasan candi.<br /><br />Rita mengatakan, berdasarkan temuan kaki candi, candi dibuat dengan cara menyusun batu bata. Dua teknik menyusun yang dipakai adalah teknik "gosod" dan "takik". Teknik "gosod" merupakan cara menempelkan bata dengan menggesek-gesekkan dua batu bata setengah basah. Batu bata itu akan mengeluarkan lumpur bata yang setelah kering bisa merekat.<br /><br />"Adapun teknik 'takik' merupakan cara menyambung atau memasang dua sisi bata mirip puzzle. Di satu sisi ada bagian yang menonjol dan di sisi lain ada bagian untuk memasukkan sisi yang menonjol itu," kata Rita.<br /><br />Menurut Rita, batu bata yang digunakan cukup besar, yaitu panjang 39 sentimeter, lebar 25 sentimeter, dan tebal 10-11 sentimeter. Melihat bentuk bata yang simetris, kemungkinan batu bata itu dicetak menggunakan cetakan kayu.<br /><br />Bangunan candi batu bata itu juga memperkaya sejarah penyebaran agama Hindu di pesisir Jawa Tengah. Selama ini, mayoritas candi Hindu terdapat di dataran tinggi karena Hinduisme menghormati gunung. "Kami juga memperkirakan lokasi temuan itu adalah desa Hindu kuno. Istilah-istilah kuno masih dikenal masyarakat setempat, seperti toyaning atau sumber air, batanan atau kawasan candi bata, dan momahan atau pasar. Namun, hal itu masih perlu dibuktikan dengan penelitian lanjutan," kata Rita.<br /><br />Warga setempat sekaligus penemu candi, Nur Rochmat (37), berharap Pemerintah Kabupaten Pati mengembangkan lokasi itu sebagai tujuan wisata. Warga telah meminta agar temuan kaki atau dasar candi itu dibuka, tidak ditutup tanah lagi. "Pembukaan lokasi candi sebagai tempat wisata dapat menambah pemasukan masyarakat sekitar dengan membuka warung-warung," kata dia. <br />
<br />
<i>Sumber : <a href="http://regional.kompas.com/read/2012/07/20/11114115/Candi.Kayen.Sumbang.Teknologi.Arsitektur.Bata" target="_blank">kompas.com</a></i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-40139565462324502202012-10-14T20:49:00.000+07:002012-10-14T20:49:40.014+07:00Candi Kayen Diperkirakan Lebih Tua dari Candi Borobudur<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9YzNmtVcoJ-Bp3aJgq22oOwXau48JNKD16R9hP83VHP_tbibV_x8Gk_Bxc-yl9jBeTlUDcT92BefAjRFzAY_bPLwnyYO83wQ40-TicuX25Q73_xgg53c6sdAaU394dF5FQGTczXLnzMU/s640/2056275620X310.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9YzNmtVcoJ-Bp3aJgq22oOwXau48JNKD16R9hP83VHP_tbibV_x8Gk_Bxc-yl9jBeTlUDcT92BefAjRFzAY_bPLwnyYO83wQ40-TicuX25Q73_xgg53c6sdAaU394dF5FQGTczXLnzMU/s400/2056275620X310.jpg" width="400" /></a>Tim arkeologi dari Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan benda cagar budaya yang berusia lebih tua dari Candi Borobudur. Dua bangunan berupa candi itu ditemukan di Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Pati, Jawa Tengah.<br /><br />Penemuan candi berawal dari laporan warga yang menemukan batu bata berukuran besar di area persawahan Dusun Minoyo. Peneliti kemudian mendatangi dan meninjau lokasi temuan.<br /><br />Mereka lalu menemukan beberapa benda cagar budaya seperti struktur batu bata yang masih tertata, arca, serta artefak dari logam, dan keramik.<br /><br />Ketua Tim Peneliti, Rita Astari, memperkirakan candi dibuat pada abad ke 7 hingga 8. Perkiraan didapat dari struktur dan bahan bangunan. Diduga, candi berasal dari zaman Kerajaan Mataram Kuno.<br /><br />Dengan kata lain, candi itu berusia lebih tua dari Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur dibangun sekitar abad ke 8 dan proses pembangunannya rampung pada abad ke 9.<br /><br />Hingga kini, peneliti baru menemukan dua bangunan candi. Peneliti memperkirakan masih akan menemukan candi-candi lain di Desa Kayen, Pati.<br />
<br />
<i>Sumber : <a href="http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/07/18/155410/Peneliti-Temukan-Candi-Lebih-Tua-dari-Borobudur/6" target="_blank">metrotvnews.com</a></i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-73371564661810223732012-10-12T22:30:00.000+07:002012-10-12T22:30:21.181+07:00Selayang Pandang 1<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCTloloxi21d4nxTq5X7VHTnC9RoNOgLiMwiT97L62r9w2HW4dkLlmmlI13kUror2kCu8nVuTSDbt3A9ovNaSG1hIpa5APsbePscu0-MYiLMVzait6fYTy9PUyD3jOzPxOWTvfq_5utmw/s1600/Photo0289.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCTloloxi21d4nxTq5X7VHTnC9RoNOgLiMwiT97L62r9w2HW4dkLlmmlI13kUror2kCu8nVuTSDbt3A9ovNaSG1hIpa5APsbePscu0-MYiLMVzait6fYTy9PUyD3jOzPxOWTvfq_5utmw/s640/Photo0289.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana Pagi Pasar</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1aC2HnHDG6BV61wm0749nSjyQjn4J87XgVJ6PoHTZKfQCYcdLpTAIxoEBF0SUjqipjBv9JV6hvLl8tAQRQWTFplfjRIQLswdCZdjTNXBzNeK4GqKXENaqVIqwg6wED_t385L6MIaNxC4/s1600/Photo0282.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1aC2HnHDG6BV61wm0749nSjyQjn4J87XgVJ6PoHTZKfQCYcdLpTAIxoEBF0SUjqipjBv9JV6hvLl8tAQRQWTFplfjRIQLswdCZdjTNXBzNeK4GqKXENaqVIqwg6wED_t385L6MIaNxC4/s640/Photo0282.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalan Tengah Sawah</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_iAMpxeK1OBbDlmhe-4Z6eVTIN2lTXDDjBbetyWizst4TTrpjKnUaG0odzwpw5oRviGxlgIh7ThUB1mR-eI13ERUDysTJw8wHKkhHnYjbqWxOG4Krq7ofeEJz23sT73TXQH9Pzs_hFkE/s1600/Photo0280.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_iAMpxeK1OBbDlmhe-4Z6eVTIN2lTXDDjBbetyWizst4TTrpjKnUaG0odzwpw5oRviGxlgIh7ThUB1mR-eI13ERUDysTJw8wHKkhHnYjbqWxOG4Krq7ofeEJz23sT73TXQH9Pzs_hFkE/s640/Photo0280.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana Sudut Sawah</td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-37712529963341750352012-03-28T13:42:00.001+07:002012-03-28T13:42:32.534+07:00Fungsi Hutan Pada Pegunungan Kapur Utara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdsCKnzadI8a-3WwXPd1DDvka6v7wC_xqi3qI9cNNjsy1Fy5S29OD-L-ozMe9Fvc_SdRcV1do8JN_SwxXsFw3mVKeK_iAcOXWiOS6QJBnt9iHMXYpbfilj4sZDanohXuvkv2cEx8TZwRY/s1600/hutan1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdsCKnzadI8a-3WwXPd1DDvka6v7wC_xqi3qI9cNNjsy1Fy5S29OD-L-ozMe9Fvc_SdRcV1do8JN_SwxXsFw3mVKeK_iAcOXWiOS6QJBnt9iHMXYpbfilj4sZDanohXuvkv2cEx8TZwRY/s320/hutan1.jpg" width="320" /></a></div>
Hutan jati dan tanaman keras lain yang ada di kawasan Pegunungan Kapur Utara membawa manfaat yang sangat besar bagi penduduk di wilayah sekitar dan negara. Akar-akar jutaan pohon jati dan tanaman keras lainnya dari daerah pegunungan menyerap dan menyalurkan air hujan ke dalam tanah atau bebatuan. Karena sifat kawasan karst, air yang masuk melalui akar tersebut diserap melalui rekahan-rekahan bebatuan kapur melalui sungai sungai bawah tanah dan sebagian yang lain disebarkan melalui jutaan mata air dalam tanah yang memungkinkan tersedianya air tanah di musim hujan atau kemarau pada wilayah kawasan di sekitar Pegunungan Kapur Utara.<br />
<br />
Daun-daun yang sudah tua dan mengering yang berasal dari jutaan pohon jatuh ke tanah dan membusuk dan akhirnya busuknya dedaunan tersebut menjadikan Tanah di Pegunungan Kapur Utara dan di sekitarnya menjadi daerah yang subur karena tersedianya pupuk alam tersebut.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHVTVzX8GRVpud_VU3RS5FhR6kD3V3B_BTZEvuwcd0e7jO7-20GWQAxwoCQaDgYX1pDFqPRdC_XqCLBt05M7YHMBnXA5qiG_0tnjUb_inbnPN02yBdT7ys3JI-OYm7yag9Km5GcuftvGY/s1600/jati.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHVTVzX8GRVpud_VU3RS5FhR6kD3V3B_BTZEvuwcd0e7jO7-20GWQAxwoCQaDgYX1pDFqPRdC_XqCLBt05M7YHMBnXA5qiG_0tnjUb_inbnPN02yBdT7ys3JI-OYm7yag9Km5GcuftvGY/s320/jati.jpg" width="320" /></a></div>
Dengan terdapatnya jutaan hingga miliaran tanaman dan tumbuhan di wilayah Pegunungan Kapur Utara maka menjadikan wilayah kehutanan tersebut sebagai tempat tinggal dan sebagai habitat berbagai macam satwa atau binatang. Ribuan burung yang ada diwilayah tersebut sedikit banyak telah membantu ribuan petani agar tanaman padi atau jagung tidak dimakan oleh berbagai macam serangga yang sangat merugikan. Hal ini disebabkan karena burung-burung tersebut memakan ulat atau jenis hama lainnya.<br />
Negara telah mengusahakan penanaman beraneka macam pohon terutama jutaan pohon jati di wilayah tersebut dan telah mengambil kayunya sebagai salah satu pemasukan keuangan negara. Rakyat sekitar pegunungan juga menanam jutaan pohon jati di tanah hak milik mereka sendiri sebagai tanaman hutan rakyat.<br />
<br />
Tidak hanya sebagai penyedia air dalam tanah yang melimpah dan penyedia kayu untuk bahan bangunan saja, tetapi dengan adanya jutaan pohon-pohon jati dan tanaman keras lain yang berada di wilayah Pegunungan Kapur Utara atau Pegunungan Kendeng Utara menjadikan wilayah-wilayah di kawasan pegunungan tersebut tersedia oksigen yang cukup untuk jutaan manusia dan hewan yang ada di daerah pegunungan tersebut dan daerah-daerah di sekitarnya. Dengan tersedianya cukup oksigen di kawasan Pegunungan Kapur Utara menjadikan kawasan karst Sukolilo dan Kayen termasuk daerah yang segar dan daerah yang tidak terlalu panas. Dengan lestarinya alam kawasan karst Sukolilo, Kayen, Tambakromo pada kususnya dan Pegunungan Kapur Utara pada umumnya dan secara tidak langsung akan bermanfaat untuk mengurangi pemanasan global.<br />
<br />
LESTARIKAN ALAM KITA...<br />
<br />
<i>Penulis : <a href="http://daminpati.blogspot.com/2012/01/6-fungsi-hutan-pada-pegunungan-kapur.html" target="_blank">P. Damin, Guru Bahasa Inggris, SMPN 1 Kayen </a></i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-60662912097799787002012-03-08T21:34:00.001+07:002012-03-08T21:34:50.317+07:00Sisi Lain dan Sebab Candi Miyono Terbuat dari Batu Bata<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAKcx9LqergT8chvRrBK6WzDi8biSSds8B8sMK2vv2op2sMbe53CQ9gn6wox4doFS6kc4D4Emkj1zG0GBvVTxY3fK7XJ1Uta8x7vjf5tWzeIPQYAfB5eADskkItD4P09s4CGdLkAuWbrg/s1600/str.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="156" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAKcx9LqergT8chvRrBK6WzDi8biSSds8B8sMK2vv2op2sMbe53CQ9gn6wox4doFS6kc4D4Emkj1zG0GBvVTxY3fK7XJ1Uta8x7vjf5tWzeIPQYAfB5eADskkItD4P09s4CGdLkAuWbrg/s320/str.jpg" width="320" /></a></div>
Setelah warga Dusun Miyono (Mbuloh), Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah digegerkan dengan adanya penemuan candi pada sekitar bulan September lalu, kini penggalian dan penelitian oleh BALAR Yogyakarta dan BP3 Jawa Tengah mulai menemukan hasil. Namun diperkirakan penggalian dan penelitian masih memerlukan waktu yang cukup lama lagi dikarenakan adanya beberapa hambatan, yakni kurangnya sarana prasarana, lokasi yang sulit untuk dijangkau, serta keadaan cuaca yang kurang mendukung.<br />
Candi yang penggaliannya belum selesai ini, menurut salah satu sesepuh setempat akan memakan lahan seluas kurang lebih dua hektar. Namun karena adanya beberapa hambatan, akhirnya penggalian pun dihentikan dan akan dilanjutkan kembali pada tahun 2012 mendatang. Sebelum ditindaklanjuti kembali penggalian dan penelitian Benda Cagar Budaya tersebut, rencananya akses jalan menuju lokasi candi akan diperbaiki. Namun masih menunggu dana dari pemerintah Kabupaten turun.<br />
Pihak-pihak terkait ingin melakukan penindaklanjutan kembali karena diduga masih terdapat beberapa emas dan harta karun yang masih terpendam didalamnya. Setelah diketahui struktur batu bata pada bangunan candi, diduga bangunan candi tersebut dibangun pada masa Kerajaan Mataram Hindu pada abad ke-7 sampai 10. Namun belum diketahui pasti filoshopy tentang candi tersebut.<br />
Pada umumnya candi terbuat dari batu, namun candi ini terbuat dari batu bata yang ukurannya tergolong besar, yakni tebal 8-10 cm, lebar 23-24 cm, dan panjang 39 cm. Menurut sesepuh setempat, candi ini terbuat dari batu bata karena pada masa itu, manusia sudah menyadari bahwa hakekatnya mereka terbuat dari tanah liat, maka mereka percaya akan kekokohan dan kekuatan dari sesuatu yang menjadi asal muasal mereka. Sebagai tanda kepercayaan tersebut kemudian mereka membangun candi dari tanah liat. Kalau dianalogikan hal tersebut tidak berbeda jauh dengan ajaran dalam Agama Islam tentang hakekat manusia.<br />
Selain itu, candi tersebut juga menyimpan kesakralan. Hal ini terlihat pada beberapa bukti yang telah terjadi. Warga setempat menuturkan bahwa ada seorang remaja yang sedang mengunjungi candi tersebut, kemudian remaja tersebut membawa pulang salah satu potongan batubata dari candi tersebut. Selang beberapa hari kemudian remaja tersebut mengembalikan kembali batu bata tersebut karena rasa panas yang telah dirasakan setelah mengambil batu tersebut. Remaja tersebut mengaku mengambil salah satu potongan batu bata karena ia berniat untuk menjadikannya jimat.<br />
Beberapa hari kemudian ada seorang gadis remaja yang sedang mengunjungi candi tersebut, setelah puas melihat-lihat lalu gadis tersebut beristirahat dan membeli jajanan di samping area candi. Disela-sela obrolan gadis tersebut dengan temannya telah terdengar sebuah kalimat “ternyata jelek ya candinya, aku kira bagus” oleh pedagang jajanan. Setelah mendengar perkataan seorang gadis tersebut kemudian pedagang menyuruh gadis tersebut untuk meminta maaf pada candi tersebut. Karena rasa takut yang menghantui, kemudian gadis tersebut pun meminta maaf pada candi.<br />
Pedagang tersebut menyuruh gadis itu untuk minta maaf karena berkaca dari kejadian yang menimpa seorang remaja sebelumnya yang merasakan panas setelah mengambil salah satu batu bata dari candi. Ia tidak mau hal yang sama menimpa pada gadis tersebut. Hal sakral lain yang terdapat pada candi tersebut yaitu sesuatu yang telah terjadi pada arca yang telah ditemukan pada penggalian, yaitu Arca Mahakala.<br />
Karena takut akan pencurian terhadap arca, maka Arca Mahakala diamankan di rumah salah satu warga yang juga sebagai pejabat di desa tersebut. Sebagai tanda penghormatan, sang Arca diberi sebuah sesajen setiap harinya. Pada suatu hari warga lupa memberi sesajen pada arca tersebut. Alhasil sesuatu yang mengagetkan terjadi, airmata kemudian keluar dari kelopak mata arca. Warga yang menjaga sempat dikagetkan dengan adanya kejadian tersebut. Namun oleh sesepuh kemudian diberi pengertian untuk memberi sesajen rutin kepada arca tersebut sebagai penghormatan.<br />
Hal tersebut memberi pelajaran kepada kita untuk selalu menghormati benda cagar budaya dan tidak berbuat senonoh pada lokasi peninggalan benda cagar budaya, karena rata-rata benda cagar budaya meninggalkan warisan mistis yang perlu kita lestarikan. Meski demikian kita tidak boleh terlalu takut akan adanya hal tersebut, karena pada dasarnya mereka (hal mistis) tidak akan mengganggu kita jika kita tidak mengganggu mereka. Dengan ditemukannya benda cagar budaya Candi Miyono di Dusun Miyono (Mbuloh), Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, jawa Tengah ini semakin memperkaya Negara Indonesia akan kebudayaan dan peninggalan sejarahnya yang nantinya akan menarik minat wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.<br />
<br />
<i>Penulis : <a href="http://muhshofii.blogspot.com/2011/12/sisi-lain-dan-sebab-candi-miyono.html" target="_blank">Muhammad Shofi'i</a></i><br />Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-48036841970747437632012-03-05T07:43:00.000+07:002012-03-05T07:43:25.973+07:00Desa Talun<br />
<b><i>Sejarah</i></b><br />
<br />
Talun, menurut cerita yang berkembang dimasyarakat, berasal dari kata "Tal" (nama sejenis pohon) dan "alun-alun" (tempat lapang yang ramai atau pusat kegiatan). Alkisah, Ki Ageng Talun, seorang murid dari Sunan Kudus mendapat tugas untuk membuka perkampungan di sebuah hutan yang banyak ditumbuhi oleh pohon "Tal".<br />
<br />
Begitu selesai ditebang, luasnya seperti alun-alun. Begitulah, sejak itu orang-orang menyebut tempat itu sebagai Talun. Pohon Tal sendiri sekarang tidak terdapat di desa tersebut. Terakhir, sekitar tahun 1987 masih ada dua pohon di dekat masjid utara desa, namun sudah ditebang pula. Pohon Tal mirip seperti pohon kelapa dengan batangnya yang meninggi.<br />
<br />
Ki Ageng Talun sendiri, sekarang, makamnya terdapat di desa Kalimulyo kecamatan Jakenan Kabupaten Pati. Ia menjadi sesepuh bagi penduduk desa Talun maupun desa Kalimulyo.<br />
<br />
<br />
<b><i>Geografis</i></b><br />
<br />
Secara geografis letaknya berbatasan dengan wilayah Kudus (sebelah barat). Desa-desa yang berdekatan adalah desa Pesagi, desa Boloagung, desa Rogomulyo, dan desa Sundoluhur.<br />
<br />
<br />
<b><i>Demografi</i></b><br />
<br />
Masyarakat desa Talun adalah masyarakat muslim. Ada beberapa pesantren dan madrasah yang menjadi tempat belajar para warga.<br />
<br />
Umumnya para warga bertani, berdagang, dan menjadi tenaga kerja di luar negeri (Malaysia, Hongkong dan Arab Saudi).<br />
<br />
<br />
<b><i>Agrowisata Perikanan Air Tawar</i></b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVDrGKVPtKR-qkvNQvE4q6e8GNLWgKiJKpGwV_59VNkyuyVyywAsCWiqpzw9ufiQN9a_BmsmH72VdADnqYK6IiJO9HJZ4FFBfO9PwFkU1G_ml-62OuzXKXwp-nYPfcaEiGF3skYZb5HIA/s1600/mancing+talun.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="116" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVDrGKVPtKR-qkvNQvE4q6e8GNLWgKiJKpGwV_59VNkyuyVyywAsCWiqpzw9ufiQN9a_BmsmH72VdADnqYK6IiJO9HJZ4FFBfO9PwFkU1G_ml-62OuzXKXwp-nYPfcaEiGF3skYZb5HIA/s320/mancing+talun.jpg" width="320" /></a></div>
Selain menjadi petani, banyak penduduk yang membudidayakan ikan air tawar, mengingat desa ini sebagian merupakan daerah rawa-rawa yang berlimpah dengan air.<br />
<br />
Luas tambak lebih kurang 8 Ha. Jenis ikan yang dibudidayakan diantaranya ikan bandeng, ikan tawes, nila, tombro dan karper. Sementara ini yang sudah dioperasikan adalah untuk tempat pemancingan dan pondok saji ikan bakar sebagai sarana rekreasi keluarga yang murah meriah khususnya bagi penggemar memancing.<br />
<br />
<i>Sumber : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Talun,_Kayen,_Pati" target="_blank">Wikipedia</a></i><br />
<i>Foto : <a href="http://rickydewangga99.blogspot.com/2009/07/nikmatnya-nila-bakar-di-pemancingan.html" target="_blank">di sini</a></i><br />
<br />
<br />
<br />Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-61587622271381599042012-03-04T18:09:00.000+07:002012-03-04T18:09:04.464+07:00Makam Syeh Jangkung<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy1Nm9sOrLUjB-PHOOTLjSGzVMFoVnlq-3XOPf_YH9iVyt5YdNSqiMlq9aiGqcDiePUpoKhicSvy43HXLlX6XtE0rr7NsejhLw2HwRKfv5jvUb0IzKXTyRG_ssMLHLmxBWw42yYoYq2lU/s1600/kayen.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy1Nm9sOrLUjB-PHOOTLjSGzVMFoVnlq-3XOPf_YH9iVyt5YdNSqiMlq9aiGqcDiePUpoKhicSvy43HXLlX6XtE0rr7NsejhLw2HwRKfv5jvUb0IzKXTyRG_ssMLHLmxBWw42yYoYq2lU/s320/kayen.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small; text-align: -webkit-auto;">Bangunan pendopo dan bangunan mesjid</span>
</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo). Beliau dimakamkan di Desa Landoh, Kecamatan Kayen. Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan. Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jumat Kliwon dan Jumat Legi.<br />
<br />
<br />
Upacara Khol dilaksanakan 1 tahun sekali, yaitu setiap tanggal 14 – 15 bulan Rajab dengan acara :<br />
- Upacara Ganti Selambu<br />
- Pasar Malam<br />
- Pengajian<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Makam ini ramai dikunjingi wisatawan, lebih-lebih hari Jum'at Pahing, pengunjung dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera bahkan Malaysia dan Singapura.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcoUhyphenhyphenh8X2bZtZ2U4XZSu9_FOClVRc_yTHxZmV3V8NTCw-BOqIXAHBFP8lmYqty9jr2Vv3BYaPGOcvnCaepTQgPJeuOjQrDvkZPHk0ag-dO7JzH5G4TKbhwExEKteXOUx1RLslAdFyycE/s1600/syech.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcoUhyphenhyphenh8X2bZtZ2U4XZSu9_FOClVRc_yTHxZmV3V8NTCw-BOqIXAHBFP8lmYqty9jr2Vv3BYaPGOcvnCaepTQgPJeuOjQrDvkZPHk0ag-dO7JzH5G4TKbhwExEKteXOUx1RLslAdFyycE/s1600/syech.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pintu Makam</td></tr>
</tbody></table>
Sejarah Singkat :<br />
Menurut cerita Saridin (Syech Jangkung) dilahirkan di Desa Landoh Kiringan Tayu.Setelah dewasa beliau berkelana di daerah-daerah Pulau Jawa bahkan sampai di Sumatera untuk menyebarkan Agama Islam. Waktu masih hidup beliau wasiat apabila wafat agar dimakamkan di Desa Landoh,Kayen.<br />
<br />
Dikomplek Makam Saridin ada beberapa makam :<br />
a. Makam bakul legen yaitu Prayoguna dan Bakirah.<br />
b. Makam isteri-isterinya yaitu RA Retno Jinoli dan RA Pandan Arum.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i>Sumber : <a href="http://www.wisatanesia.com/2010/05/makam-saridin-syeh-jangkung-pati.html" target="_blank">di sini</a></i><br />Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-13985649479596112402012-03-04T17:51:00.000+07:002012-03-04T17:51:10.492+07:00Mengungkap Sosok Saridin<br />
<b><i>Syeh Jangkung ketika Kecil Sangat Nakal</i></b><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHPq-kcGjCsTovNQxJfmNRMOf7ziOg2vRgRXDsNFDpPen9WGDqgK1735Dgpcwcd7DtFM-SG1JukixJF7lZj8j45MxB3vwNuN4HnfP8kVwK0sq-FfByrEEbQzsRgewWdo4PRPzLvG8Ke_4/s1600/syeh+jangkung.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHPq-kcGjCsTovNQxJfmNRMOf7ziOg2vRgRXDsNFDpPen9WGDqgK1735Dgpcwcd7DtFM-SG1JukixJF7lZj8j45MxB3vwNuN4HnfP8kVwK0sq-FfByrEEbQzsRgewWdo4PRPzLvG8Ke_4/s320/syeh+jangkung.jpg" width="230" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar Ilustrasi</td></tr>
</tbody></table>
SIAPA sebenarnya Saridin itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, warga Pati dan sekitarnya mungkin bisa membaca buku Babad Tanah Jawa yang hidup sekitar awal abad ke-16. Sebab, menurut cerita tutur tinular yang hingga sekarang masih diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat, dia disebut-sebut putra salah seorang Wali Sanga, yaitu Sunan Muria dari istri bernama Dewi Samaran.<br />
<br />
Siapa wanita itu dan mengapa seorang bayi laki-laki bernama Saridin harus dilarung ke kali? Konon cerita tutur tinular itulah yang akhirnya menjadi pakem dan diangkat dalam cerita terpopuler grup ketoprak di Pati, Sri Kencono. Cerita babad itu menyebutkan, bayi tersebut memang bukan darah daging Sang Sunan dengan istrinya, Dewi Samaran.<br />
<br />
Terlepas sejauh mana kebenaran cerita itu, dalam waktu perjalanan cukup panjang muncul tokoh Branjung di Desa Miyono yang menyelamatkan dan merawat bayi Saridin hingga beranjak dewasa dan mengakuinya sebagai saudaranya. Cerita pun merebak. Ketika masa mudanya, Saridin memang suka hidup mblayang (berpetualang) sampai bertemu dengan Syeh Malaya yang dia akui sebagai guru sejati.<br />
<br />
Syeh Malaya itu tak lain adalah Sunan Kalijaga. Kembali ke Miyono, Saridin disebutkan telah menikah dengan seorang wanita yang hingga sekarang masyarakat lebih mengenal sebutan ”Mbokne (ibunya) Momok” dan dari hasil perkawinan tersebut lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Momok.<br />
<br />
Sampai pada suatu ketika antara Saridin dan Branjung harus bagi waris atas satu-satunya pohon durian yang tumbuh dan sedang berbuah lebat. Bagi waris tersebut menghasilkan kesepakatan, Saridin berhak mendapatkan buah durian yang jatuh pada malam hari, dan Branjung dapat buah durian yang jatuh pada siang hari.<br />
<br />
<b><i>Kiasan</i></b><br />
<br />
Semua itu jika dicermati hanyalah sebuah kiasan karena cerita tutur tinular itu pun melebar pada satu muara tentang ketidakjujuran Branjung terhadap ibunya Momok. Sebab, pada suatu malam Saridin memergoki sosok bayangan seekor macan sedang makan durian yang jatuh.<br />
<br />
Dengan sigap, sosok bayangan itu berhasil dilumpuhkan menggunakan tombak. Akan tetapi, setelah tubuh binatang buas itu tergolek dalam keadaan tak bernyawa, berubah wujud menjadi sosok tubuh seseorang yang tak lain adalah Branjung.<br />
<br />
Untuk menghindari cerita tutur tinular agar tidak vulgar, yang disebut pohon durian satu batang atau duren sauwit yang menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Kayen, Durensawit, sebenarnya adalah ibunya Momok, tetapi oleh Branjung justru dijahili.<br />
<br />
Terbunuhnya Branjung membuat Saridin berurusan dengan penguasa Kadipaten Pati. Adipati Pati waktu itu adalah Wasis Joyo Kusumo yang harus memberlakukan penegakan hukum dengan keputusan menghukum Saridin karena dinyatakan terbukti bersalah telah membunuh Branjung.<br />
<br />
Meskipun dalam pembelaan Saridin berulang kali menegaskan, yang dibunuh bukan seorang manusia tetapi seekor macan, fakta yang terungkap membuktikan bahwa yang meninggal adalah Branjung akibat ditombak Saridin.<br />
<br />
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, dia harus menjalani hukuman yang telah diputuskan oleh penguasa Pati.<br />
<br />
<b><i>Pulang</i></b><br />
<br />
Sebagai murid Sunan Kalijaga yang tentu mempunyai kelebihan dan didorong rasa tak bersalah, kepada penguasa Pati dia menyatakan telah punya istri dan anak. Karena itu, dia ingin pulang untuk menengok mereka.<br />
<br />
<b><i>Ulahnya Menjengkelkan Sunan Kalijaga</i></b><br />
<b><i><br /></i></b><br />
ONTRAN - ontran Saridin di perguruan Kudus tidak hanya menjengkelkan para santri yang merasa diri senior, tetapi juga merepotkan Sunan Kudus. Sebagai murid baru dalam bidang agama, orang Miyono itu lebih pintar ketimbang para santri lain.<br />
<br />
Belum lagi soal kemampuan dalam ilmu kasepuhan. Hal itu membuat dia harus menghadapi persoalan tersendiri di perguruan tersebut. Dan itulah dia tunjukkan ketika beradu argumentasi dengan sang guru soal air dan ikan.<br />
<br />
Untuk menguji kewaskitaan Saridin, Sunan Kudus bertanya, “Apakah setiap air pasti ada ikannya?” Saridin dengan ringan menjawab, “Ada, Kanjeng Sunan.”<br />
<br />
Mendengar jawaban itu, sang guru memerintah seorang murid memetik buah kelapa dari pohon di halaman. Buah kelapa itu dipecah. Ternyata kebenaran jawaban Saridin terbukti. Dalam buah kelapa itu memang ada sejumlah ikan. Karena itulah Sunan Kudus atau Djafar Sodiq sebagai guru tersenyum simpul.<br />
<br />
Akan tetapi murid lain menganggap Saridin lancang dan pamer kepintaran. Karena itu lain hari, ketika bertugas mengisi bak mandi dan tempat wudu, para santri mengerjai dia. Para santri mempergunakan semua ember untuk mengambil air.<br />
<br />
Saridin tidak enak hati. Karena ketika para santri yang mendapat giliran mengisi bak air, termasuk dia, sibuk bertugas, dia menganggur karena tak kebagian ember. Dia meminjam ember kepada seorang santri.<br />
<br />
Namun apa jawab santri itu? ”Kalau mau bekerja, itu kan ada keranjang.” Dasar Saridin. Keranjang itu dia ambil untuk mengangkut air. Dalam waktu sekejap bak mandi dan tempat wudu itu penuh air. Santri lain pun hanya bengong.<br />
<br />
<b><i>Dalam WC</i></b><br />
<br />
Cerita soal kejadian itu dalam sekejap sudah diterima Sunan Kudus. Demi menjaga kewibawaan dan keberlangsungan belajar para santri, sang guru menganggap dia salah. Dia pun sepantasnya dihukum.<br />
<br />
Sunan Kudus pun meminta Saridin meninggalkan perguruan Kudus dan tak boleh lagi menginjakkan kaki di bumi Kudus. Vonis itu membuat Saridin kembali berulah. Dia unjuk kebolehan.<br />
<br />
Tak tanggung-tanggung, dia masuk ke lubang WC dan berdiam diri di atas tumpukan ninja. Pagi-pagi ketika ada seorang wanita di lingkungan perguruan buang hajat, Saridin berulah. Dia memainkan bunga kantil, yang dia bawa masuk ke lubang WC, ke bagian paling pribadi wanita itu.<br />
<br />
Karena terkejut, perempuan itu menjerit. Jeritan itu hingga menggegerkan perguruan. Setelah sumber permasalahan dicari, ternyata itu ulah Saridin. Begitu keluar dari lubang WC, dia dikeroyok para santri yang tak menyukainya. Dia berupaya menyelamatkan diri. Namun para santri menguber ke mana pun dia bersembunyi.<br />
<br />
Lagi-lagi dia menjadi buronan. Selagi berkeluh kesah, menyesali diri, dia bertemu kembali dengan sang guru sejati, Syekh Malaya.<br />
<br />
Sang guru menyatakan Saridin terlalu jumawa dan pamer kelebihan. Untuk menebus kesalahan dan membersihkan diri dari sifat itu, dia harus bertapa mengambang atau mengapung) di Laut Jawa.<br />
<br />
Padahal, dia tak bisa berenang. Syekh Malaya pun berlaku bijak. Dua buah kelapa dia ikat sebagai alat bantu untuk menopang tubuh Saridin agar tak tenggelam.<br />
<br />
Dalam cerita tutur-tinular disebutkan, setelah berhari-hari bertapa di laut dan hanyut terbawa ombak akhirnya dia terdampar di Palembang. Cerita tidak berhenti di situ. Karena, dalam petualangan berikutnya, Saridin disebut-sebut sampai ke Timur Tengah.<br />
<br />
<b><i>Lulang Kebo Landoh Tak Tembus Senjata</i></b><br />
<b><i><br /></i></b><br />
ATAS jasanya menumpas agul-agul siluman Alas Roban, Saridin mendapat hadiah dari penguasa Mataram, Sultan Agung, untuk mempersunting kakak perempuannya, Retno Jinoli.<br />
<br />
Akan tetapi, wanita itu menyandang derita sebagai bahu lawean. Maksudnya, lelaki yang menjadikannya sebagai istri setelah berhubungan badan pasti meninggal.<br />
<br />
Dia harus berhadapan dengan siluman ular Alas Roban yang merasuk ke dalam diri Retno Jinoli. Wanita trah Keraton Mataram itu resmi menjadi istri sah Saridin dan diboyong ke Miyono berkumpul dengan ibunya, Momok.<br />
<br />
Saridin membuka perguruan di Miyono yang dalam waktu relatif singkat tersebar luas sampai di Kudus dan sekitarnya. Kendati demikian, Saridin bersama anak lelakinya, Momok, beserta murid-muridnya, tetap bercocok tanam.<br />
<br />
Sebagai tenaga bantu untuk membajak sawah, Momok minta dibelikan seekor kerbau milik seorang warga Dukuh Landoh. Meski kerbau itu boleh dibilang tidak lagi muda umurnya, tenaganya sangat diperlukan sehingga hampir tak pernah berhenti dipekerjakan di sawah.<br />
<br />
Mungkin karena terlalu diforsir tenaganya, suatu hari kerbau itu jatuh tersungkur dan orang-orang yang melihatnya menganggap hewan piaraan itu sudah mati. Namun saat dirawat Saridin, kerbau itu bugar kembali seperti sedia kala.<br />
<br />
<b><i>Membagi</i></b><br />
<br />
Dalam peristiwa tersebut, masalah bangkit dan tegarnya kembali kerbau Landoh yang sudah mati itu konon karena Saridin telah memberikan sebagian umurnya kepada binatang tersebut. Dengan demikian, bila suatu saat Saridin yang bergelar Syeh Jangkung meninggal, kerbau itu juga mati.<br />
<br />
Hingga usia Saridin uzur, kerbau itu masih tetap kuat untuk membajak di sawah. Ketika Syeh Jangkung dipanggil menghadap Yang Kuasa, kerbau tersebut harus disembelih. Yang aneh, meski sudah dapat dirobohkan dan pisau tajam digunakan menggorok lehernya, ternyata tidak mempan.<br />
<br />
Bahkan, kerbau itu bisa kembali berdiri. Kejadian aneh itu membuat Momok memberikan senjata peninggalan Branjung. Dengan senjata itu, leher kerbau itu bisa dipotong, kemudian dagingnya diberikan kepada para pelayat.<br />
<br />
Kebiasan membagi-bagi daging kerbau kepada para pelayat untuk daerah Pati selatan, termasuk Kayen, dan sekitarnya hingga 1970 memang masih terjadi. Lama-kelamaan kebiasaan keluarga orang yang meninggal dengan menyembelih kerbau hilang.<br />
<br />
Kembali ke kerbau Landoh yang telah disembelih saat Syeh Jangkung meninggal. Lulang (kulit) binatang itu dibagi-bagikan pula kepada warga. Entah siapa yang mulai meyakini, kulit kerbau itu tidak dimasak tapi disimpan sebagai piandel.<br />
<br />
Barangsiapa memiliki lulang kerbau Landoh, konon orang tersebut tidak mempan dibacok senjata tajam. Jika kulit kerbau itu masih lengkap dengan bulunya. Keyakinan itu barangkali timbul bermula ketika kerbau Landoh disembelih, ternyata tidak bisa putus lehernya. (Alman Eko Darmo-42j)<br />
<br />
<i>Sumber : <a href="http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/arsip-macam2/saridin/" target="_blank">di sini</a></i><br />Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-15051333590002460742012-03-04T17:19:00.000+07:002012-03-04T17:24:27.795+07:00Asem KemisApa itu Asem Kemis?<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnjt9mIhlDLCGPYLv4EvSFW9-Ogrji9JnqEbtI7OAHnditmj3tlCuZAY1MD1qV2Qz_LpdBiaUnCqDCDlEUrqSri0XsG3lRXhMQCb8OAr9eKLo7AbeBLdJPJ4Oh_waSyHka-QI_zXazoBM/s1600/asem+kemis.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnjt9mIhlDLCGPYLv4EvSFW9-Ogrji9JnqEbtI7OAHnditmj3tlCuZAY1MD1qV2Qz_LpdBiaUnCqDCDlEUrqSri0XsG3lRXhMQCb8OAr9eKLo7AbeBLdJPJ4Oh_waSyHka-QI_zXazoBM/s320/asem+kemis.png" width="320" /></a></div>
Asem Kemis adalah pohon asem yang ajaib. Pohon asem ini asal-usulnya adalah tanaman Syeikh Jangkung darl biji asem yang matang direbus. Ketika itu Syeikh Jangkung sedang ketamuan Sultan Agung Jogya dan ada jamuan makan dengan sayur asem. Biji Asem itu dijatuhkannya di tanah dikatakan kepadanya demikian: "Hai biji asem, meskipun engkau adalak makhluk Tuhan yang telah mati sebab matang direbus, tapi kuminta engkau hidup dan tumbuh menjadi pohon besar yang berguna untuk tempat bernaung nanti akhir zaman bagi anak cucuku". <br />
<br />
Biji asem yang mati dan matang itu benar-benar hidup secara ajaib, (umur sehari sama dengan umur tiga bulan, umur sebulan sama dengan umur tiga tabun). Menanamnya pada hari Kemis Legi, sehingga sekarang oleh masyarakat dikenal dengan nama asem Kemis Legi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSM3AfEbnLksLt0rUhz_qq3eNWc7W2vM5ifP69D_ORW4QO2qY-KxxLLlweJ823_EzKvGx3V9llNrdokBBv_6CYmKP4KhmMCRyB0QrocpNi5GapFfSUDqgxaviytvxvWLTRxSOlV57Ik5Q/s1600/asem+kemis2.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSM3AfEbnLksLt0rUhz_qq3eNWc7W2vM5ifP69D_ORW4QO2qY-KxxLLlweJ823_EzKvGx3V9llNrdokBBv_6CYmKP4KhmMCRyB0QrocpNi5GapFfSUDqgxaviytvxvWLTRxSOlV57Ik5Q/s320/asem+kemis2.png" width="320" /></a></div>
Pohon Asem itu sampai sekarang masih hidup dan telah berumur kurang lebih 450 tahun. Besarnya memerlukan pelukan tujuh orang untuk bisa sambung.<br />
<br />
Pohon asem ini berada di Ngrajan, tepatnya di depan sebuah masjid yang kini lebih dikenal sebagai masjid asem kemis. Pohon yang letaknya di tengah-tengah permukiman warga ini juga menjadi tempat yang cukup ramai dengan aktifitas, misalnya jual beli jajanan, tempat istirahat, dan juga menjadi tempat bermain bagi anak-anak kecil.<br />
<br />
<i>Sumber : <a href="http://pcinu-mesir.tripod.com/ilmiah/pusaka/ispustaka/buku06/003.htm" target="_blank">dari sini</a></i><br />
<i>Foto : <a href="http://smpnegeri1kayen.blogspot.com/" target="_blank">dari sini</a></i>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-27084867822750263762012-03-04T15:21:00.000+07:002012-03-04T15:21:50.723+07:00Gua Pancur<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8sk1GFE-D-yiul7pur_x3mF1b22aHsqWi4_UYPAyTaXuU7im4jsS3U9rkQFQkly6GejzDVfJuVcJREyapE_u6otT3L3f9qkRCe8PEAqxOJW2T9OAzj0xFyF_5aNEvByaGu6TzlhQi7d0/s1600/973210724goa+pancur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8sk1GFE-D-yiul7pur_x3mF1b22aHsqWi4_UYPAyTaXuU7im4jsS3U9rkQFQkly6GejzDVfJuVcJREyapE_u6otT3L3f9qkRCe8PEAqxOJW2T9OAzj0xFyF_5aNEvByaGu6TzlhQi7d0/s1600/973210724goa+pancur.jpg" /></a></div>
Gua Pancur merupakan sebuah gua di kawasan batuan kapur (karst) yang mempunyai lorong sepanjang lebih kurang 7.356 meter (7 km). Dan sebagaimana lazimnya gua-gua yang terbentuk secara alami di balik perut Pegunungan Kapur Kapur Utara, gua ini dipenuhi oleh bebatuan stalaktit dan stalakmit, tentu menjadi daya tarik tersendiri.<br />
<br />
Di dalam gua terdapat aliran sungai dengan air yang mengalir keluar dengan kedalaman sebatas pinggul orang dewasa, merupakan mata air yang berasal dari ujung gua paling dalam, dan tak pernah kering, meskipun musim kemarau panjang. Debit air yang keluar dai mulut gua lebih kurang 40 liter/detik<br />
<br />
Beberapa daya tarik lainnya, aliran sungai dalam gua tersebut juga terdapat beberapa jenis ikan besar maupun kecil,yang tak pernah bisa dipancing.<br />
<br />
Di dalam gua ini terdapat batuan kapur yang bentuknya patung mirip seekor kuda yang oleh warga setempat diberi nama sebagai watu jaran (batu kuda).<br />
<br />
Di luar gua dibangun sebuah danau buatan yang sekaligus dapat digunakan sebagai kolam pemancingan. Danau buatan ini menampung air yang keluar dari dalam gua untuk selanjutnya dialirkan menuju sawah dan perkampungan warga setempat.<br />
<br />
Obyek wisata ini perlu perhatian yang serius dari pemda dan juga seluruh masyarakat Kayen, agar aset daerah yang dimiliki ini dapat terjaga kelestariannya dan dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung.<br />Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-13003329943166587922012-03-04T12:50:00.000+07:002012-03-04T16:10:32.659+07:00Situs Candi Miyono<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrl2hOIxVS38wEBinoucJOc6HgBqGao1cQd5HWQW565nxwhGOoXzg_1-9NMc9QHg05LpcM-3xy2Gfk6H-M58ZWkoMoJug50mT772pPQIK26BP_TmrXWW1w419IpiXy2h35nwgeY3V75gE/s1600/survei-permukaan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrl2hOIxVS38wEBinoucJOc6HgBqGao1cQd5HWQW565nxwhGOoXzg_1-9NMc9QHg05LpcM-3xy2Gfk6H-M58ZWkoMoJug50mT772pPQIK26BP_TmrXWW1w419IpiXy2h35nwgeY3V75gE/s320/survei-permukaan.jpg" width="240" /></a></div>
Berawal dari hasil peninjauan yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta (BALAR Yogyakarta) pada tanggal 4 Mei 2011 di Dusun Miyono (Mbuloh), Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati Jawa Tengah; tim yang dipimpin oleh dra. TM. Rita Istari dengan anggota Hery Priswanto, SS. , Agni Sesaria Mochtar, SS. dan Ferry Bagus berhasil mengidentifikasikan beberapa temuan Benda Cagar Budaya (BCB) yaitu di antaranya struktur bata yang masih intact, arca serta beberapa artefak dari logam dan keramik. Kedatangan tim Balai Arkeologi Yogyakarta ini atas laporan dari warga sekitar Situs Kayen yang di wakili oleh Nur Rohmad (Pengurus Makam Ki Gede Miyono) dan Subono (Kepala Desa Kayen) mengenai tindak lanjut mengenai keberadaan Situs Kayen.<br />
Secara astronomis Situs Kayen terletak pada 111<sup>0</sup> 00’ 17,0” BT 06<sup>0</sup> 54’ 31.8” LS berada di dataran alluvial yang cukup datar dan Pegunungan Kendeng di Selatannya. Kondisi lingkungan Situs Kayen cukup subur dengan didukung keberadaan Sungai Sombron yang berhulu di Pegunungan kendeng dan bermuara di Sungai Tanjang.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP84rfky4YffjSdJZUuyDpxC7ZIwAZUWD4abKBeZ4d7v1YZFYk9QB0_BQGPplcGF7g2duqTILevQ_LNQiSH6jdDACQkpjNJPFI5E7-CFesj2lR1nQBCPE9FZW1O1nfzvWXgdoFBvD7ykw/s1600/lampu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="309" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP84rfky4YffjSdJZUuyDpxC7ZIwAZUWD4abKBeZ4d7v1YZFYk9QB0_BQGPplcGF7g2duqTILevQ_LNQiSH6jdDACQkpjNJPFI5E7-CFesj2lR1nQBCPE9FZW1O1nfzvWXgdoFBvD7ykw/s320/lampu.jpg" width="320" /></a></div>
Sebenarnya temuan di Situs Kayen ini sudah dijumpai pada bulan agustus 2010, ketika penduduk setempat berniat membangun mushola di sebelah barat makam Ki Gede Miyono menemukan bata-bata kuna yang berukuran besar. Pembangunan mushola ini bertujuan diperuntukkan tempat ibadah bagi para peziarah makam Ki Gede Miyono. Oleh penduduk setempat, beberapa bata kuna tersebut dimanfaatkan untuk membangun Makam Ki Gede Miyono. Menindaklanjuti temuan tersebut, pihak Disbudpora Kabupaten Pati berkoordinasi dengan BP3 Jawa Tengah untuk mengidentifikasikan temuan tersebut.<br />
Identifikasi temuan Benda Cagar Budaya BALAR Yogyakarta yang telah dilakukan tidak jauh berbeda hasilnya dengan BP3 Jawa Tengah yaitu:<br />
<br />
<b>Monumen (bangunan)</b><br />
Struktur berbahan bahan bata yang masih intact dan terpendam dalam tanah, beberapa temuan bata-bata kuna berukuran tebal 8 – 10 cm, lebar 23 – 24 cm, dan panjang 39 cm, serta komponen bagian dari candi seperti antefiks dan kemuncak di sekitar situs diduga merupakan bangunan candi.<br />
<br />
<b>Artefaktual</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw9__jcQIL7RGTTZPwZo3qWkQd88_B42EIHv-lSTWBvNXSfJYXxBQqVJg1-G60tChyTfBSBPcn4f5D-Gb5AZ8upyspBFvyxWNUb5V3HbT6Bdr3eVp59KyfeHHWCOsMe1H5_L1nfiffdI0/s1600/wadah-&-peripihnya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw9__jcQIL7RGTTZPwZo3qWkQd88_B42EIHv-lSTWBvNXSfJYXxBQqVJg1-G60tChyTfBSBPcn4f5D-Gb5AZ8upyspBFvyxWNUb5V3HbT6Bdr3eVp59KyfeHHWCOsMe1H5_L1nfiffdI0/s320/wadah-&-peripihnya.jpg" width="320" /></a></div>
<i>Berbahan bata</i> : Wadah peripih, antefiks, kemuncak candi, bata candi berpelipit, bata bertulis<br />
<i>Berbahan batu putih</i> : Arca Mahakala, Umpak, Kemuncak candi<br />
<i>Berbahan logam</i> : Darpana (cermin berbentuk bundar atau lonjong dgn tangkai yang dipahat dengan bagus), Piring, Lampu gantung<br />
<i>Berbahan keramik</i> : Mangkuk, Buli-buli, Piring, Cepuk bertutup<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu9hxSBPjgS0ClqnxOlCzmVu0ktkvPqLC42bpGVamjkQioEtI0EJOcW7E6TF4b7F5pbDSoIDmIChdE1_dTdNmeYAgs0MVj63Qn3WA7mocJdaEoSFCP2Ji78aSDkvMIaabhXSrfk3Jwg-Q/s1600/arca-mahakala.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu9hxSBPjgS0ClqnxOlCzmVu0ktkvPqLC42bpGVamjkQioEtI0EJOcW7E6TF4b7F5pbDSoIDmIChdE1_dTdNmeYAgs0MVj63Qn3WA7mocJdaEoSFCP2Ji78aSDkvMIaabhXSrfk3Jwg-Q/s320/arca-mahakala.jpg" width="158" /></a></div>
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqbsekvxFMgIqPoSFlvD0O8QyVpXoYfhAt2GCNmpiMiz8IKG-LisqWQLWDQdcoLbQcZ4GkrZi9uzhETjaBz731FVXVha2a6wxS-nFv5UtNRxK1OCnkTZK1l4b2hl4uFW_t1uGuiMq3eKo/s320/darpana.jpg" /><br />
<div>
<br /></div>
<div>
Berdasarkan hasil peninjauan Tim Balai Arkeologi Yogyakarta di Situs Kayen diperoleh kesimpulan bahwa temuan BCB di Situs Kayen mempunyai nilai arkeologi dan kesejarahan yang cukup tinggi dalam kaitan penyusunan historiografi di Indonesia, terutama temuan struktur bata yang diduga sebagai candi ini merupakan temuan baru karena berada di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura). Temuan candi berbahan bata sejenis banyak dijumpai di wilayah pedalaman Jawa seperti di poros Kedu – Prambanan dan Trowulan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Sumber : <a href="http://arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=125" target="_blank">ArkeologiJawa</a></i></div>Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8026525452360800918.post-12880926012964976522012-03-04T10:59:00.000+07:002012-03-28T19:01:45.742+07:00Kecamatan KayenKayen adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berada di Pati bagian selatan, yang dilewati jalan penghubung antara Pati dan Purwodadi.<br />
Beberapa desa yang ada di wilayah Kecamatan Kayen diantaranya desa Beketel, Boloagung, Brati, Durensawit, Jatiroto, Jimbaran, Kayen, Pasuruhan, Pesagi, Purwokerto, Rogomulyo, Slungkep, Srikaton, Sumbersari, Sundoluhur, Talun, dan Trimulyo.<br />
Kayen dilewati oleh pegunungan kapur utara yang membentang melewati Kabupaten Pati bagian selatan, Kabupaten Grobogan bagian utara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro bagian utara dan Kabupaten Lamongan bagian barat.<br />
<br />
<b>Penduduk</b><br />
Penduduk di Kecamatan Kayen kebanyakan adalah penduduk asli kelahiran Kayen, dan sebagian merupakan pendatang dari berbagai daerah.<br />
Mengingat kondisi Kayen yang masih cukup terjaga, mata pencaharian warga yang masih mendominasi adalah di bidang pertanian. Selain itu juga banyak yang berkecimpung di dunia wiraswasta seperti berdagang, penyedia jasa, tenaga bangunan, dan yang lainnya. Untuk profesi lain yang ada yaitu PNS.<br />
<br />
<b>Sektor Pertanian dan Perikanan</b><br />
Sektor pertanian di Kecamatan Kayen memiliki hasil yang cukup melimpah. Luasnya areal pertanian, cukupnya ketersediaan air irigasi, dan suburnya tanah merupakan beberapa contoh faktor pendukung di sektor ini.<br />
Padi, jagung, ubi-ubian, sayur mayur, buah-buahan, dan ikan air tawar adalah beberapa hasil dari sektor pertanian dan perikanan.<br />
<br />
<b>Sektor Pendidikan</b><br />
Di Kecamatan Kayen ini terdapat 40 Sekolah Dasar Negeri, 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri, 1 Sekolah Menengah Atas Negeri, dan beberapa sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan seperti Muhammadiyah, Walisongo, dan yang lainnya. Lebih lengkapnya lihat <a href="http://kayeninfo.blogspot.com/p/pendidikan.html" target="_blank">di sini</a>.<br />
<br />
<b>Sektor Pariwisata</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikZsVDFwj2MIQp_8VPmE8wH-iJDs5tl2bVwdRl4pP07aTA3iwviBzOD6R4ASXHBk64wRedXjXgMZTqcNPhw8FMjz-zuMOKCqyjUK0M_QS4KGANVKPoj_ZeeDDJJMTdSF5r1hFYBdy5i0c/s1600/1828145511goa+pancur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikZsVDFwj2MIQp_8VPmE8wH-iJDs5tl2bVwdRl4pP07aTA3iwviBzOD6R4ASXHBk64wRedXjXgMZTqcNPhw8FMjz-zuMOKCqyjUK0M_QS4KGANVKPoj_ZeeDDJJMTdSF5r1hFYBdy5i0c/s1600/1828145511goa+pancur.jpg" /></a></div>
Di Kecamatan Kayen terdapat beberapa area wisata, diantaranya Gua Pancur, Danau Terpus, Makam Syeh Jangkung, situs cagar budaya Candi Miyono, Pemancingan Talun, Kedung Buyut, Gua Joko Kendat, dan lain sebagainya.<br />
Sektor pariwisata ini perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah serta peran serta masyarakat agar tetap terjaga kelestariannya dan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung, yang berarti akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.<br />
<br />
<br />
<b>Sektor Pertambangan</b><br />
Kondisi alam Kecamatan Kayen yang dilewati pegunungan kapur utara, memberikan ruang bagi masyarakat untuk melakukan pertambangan fosfat, batu kapur, pasir dan batu kali, dan lain sebagainya. Namun kondisi ini jika tidak dikontrol dengan baik akan dapat merusak keindahan alam yang ada.<br />
<br />
<b>Sektor Kehutanan</b><br />
Pada sektor ini dikelola oleh Dinas Kehutanan (Perhutani), namun banyak juga masyarakat yang menanam pohon Jati, Mahoni, dan yang lainnya untuk mengisi kebun mereka.<br />
Sektor ini juga perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah, karena banyaknya penebangan yang tak terkendali akan menyebabkan banjir dan erosi yang dapat merusak keseimbangan alam.Asyhar Benyhttp://www.blogger.com/profile/14773509245452260826noreply@blogger.com2Kayen, Indonesia-6.888958 110.990605-7.0151024999999994 110.8326765 -6.7628135 111.1485335